SEMOGA MENAMBAH KEIMANAN
Keajaiban Al Quran dilihat dari sisi kandungannya telah banyak ditulis dan diketahui, tetapi keajaiban dilihat dari bagaimana Al Quran ditulis/disusun mungkin belum banyak yang mengetahui. Orang-orang non-muslim khususnya kaum orientalis barat sering menuduh bahwa Al Qur’an adalah buatan Muhammad. Padahal kalau kita baca Al Qur’an ada ayat yang menyatakan tantangan kepada orang-orang kafir khususnya untuk membuat buku/kitab seperti Al Quran dimana hal ini tidak mungkin akan dapat dilakukannya meskipun jin dan manusia bersatu padu membuatnya. Tulisan singkat ini bertujuan untuk menyajikan beberapa keajaiban Al Qur’an dilihat dari segi bagaimana Al Qur’an ditulis, dan sekaligus secara tidak langsung juga untuk menyangkal tuduhan tersebut, dimana Muhammad sebagai manusia biasa tidak mungkin dapat melakukan atau menciptakan sebuah Al Qur’an. Pandangan sains secara konvensional menempatkan matematika sebagai suatu yang prinsipil dari sebuah cabang pengetahuan dimana alasan dikedepankan, emosi tidak dilibatkan, kepastian menjadi hal yang ingin diketahui, dan kebenaran hari ini merupakan kebenaran untuk selamanya. Dalam masalah agama, ilmuan memandang bahwa semua agama sama, karena semua agama sama-sama tidak mampu memverifikasi atau menjustifikasi kebenaran melalui pembuktian yang dapat diterima oleh logika. Jadi suatu hal dikatakan valid jika ada bukti nyata, dan pembuktian ini merupakan sebuah prosedur yang dibentuk untuk membuktikan suatu realitas yang tak terlihat melalui sebuah proses deduksi dan konklusi yang hasil akhirnya dapat diterima oleh semua pihak. Dengan dasar tersebut, tulisan ini mencoba untuk membawa pembaca pada suatu kesimpulan bahwa Al Qur’an yang ditulis menurut aturan matematika, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur’an adalah benar-benar firman Allah dan bukan buatan Nabi Muhammad. Kiranya patut juga direnungi apa yang dikatakan oleh Galileo (1564-1642 AD) bahwa . “Mathematics is the language in which God wrote the universe (Matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menuliskan alam semesta ini)” ada benarnya. Kebenaran bahasa matematika tersebut akan dibahas sekilas sebagai tambahan dari tema utama tulisan ini.
Angka-angka Menakjubkan dari Beberapa
Kata dalam Al Qur’an
Kalau kita buka Al Quran dan kita
perhatikan beberapa kata dalam Al Quran dan menghitung berapa kali kata
tersebut disebutkan dalam Al Quran, kita akan peroleh suatu hal yang sangat
menakjubkan. Mungkin kita betanya, berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mencari dan menghitungnya. Dengan kemajuan teknologi khususnya komputer, hal
tersebut tidak menjadi masalah. Tabel 1 menyajikan frekuensi penyebutan
beberapa kata penting dalam Al Qur’an yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan tabel tersebut ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik.
Misalnya pada kata “dunya” dan “akhirat” yang disebutkan dalam Al Qur’an dengan
frekuensi sama, kita dapat menafsirkan bahwa Allah menyuruh umat manusia untuk
memperhatikan baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat secara seimbang.
Artinya kehidupan dunia dan akhirat sama-sama penting bagi orang Islam.
Selanjutnya pada penyebutan kata “malaaikat” dan “syayaathiin” juga disebutkan
secara seimbang. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa kebaikan yang
direfleksikan oleh kata “malaaikah” akan selalu diimbangi oleh adanya kejahatan
yang direfleksikan oleh kata “syayaathiin”. Hal lain juga dapat kita kaji pada
beberapa pasangan kata yang lain.
Tabel 1. Jumlah Penyebutan
beberapa Kata Penting dalam Al Quran
Beberapa kata lain yang menarik dari
tabel tersebut adalah kata “syahr (bulan)” yang disebutkan sebanyak 12 kali
yang menunjukkan bahwa jumlah bulan dalam setahun adalah 12, dan kata “yaum
(hari)” yang disebutkan sebanyak 365 kali yang menunjukkan jumlah hari dalam
setahun adalah 365 hari. Selanjutnya Kata “lautan (perairan)” disebutkan
sebanyak 32 kali, dan kata “daratan” disebut dalam Al Quran sebanyak 13 kali.
Jika kedua bilangan tersebut kita tambahkan kita dapatkan angka 45.
Sekarang kita lakukan perhitungan
berikut:
Dengan mencari persentase jumlah
kata “bahr (lautan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan:
(32/45)x100% = 71.11111111111%
Dengan mencari persentase jumlah kata “barr
(daratan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan:
(13/45)x100% = 28.88888888889%
Kita akan mendapatkan bahwa Allah
SWT dalam Al Quran 14 abad yang lalu menyatakan bahwa persentase air di bumi
adalah 71.11111111111%, dan persentase daratan adalah 28.88888888889%, dan ini
adalah rasio yang riil dari air dan daratan di bumi ini.
Al Qur’an Didisain Berdasarkan
Bilangan 19
Dalam kaitannya dengan pertanyaan
yang bersifat matematis yang hanya memiliki satu jawaban pasti, maka jika ada
beberapa ahli matematika, yang menjawab di waktu dan tempat yang berbeda dan
dengan menggunakan metode yang berbeda, maka tentunya akan memperoleh jawaban
yang sama. Dengan kata lain, pembuktian secara matematis tidak dipengaruhi oleh
ruang dan waktu. Perlu diketahui bahwa dari seluruh kitab suci yang ada di
dunia ini, Al Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang seluruhnya ditulis
dalam bahasa aslinya. Berkaitan dengan pembuktian, kebenaran Al Qur’an sebagai
wahyu Allah yang sering dikatakan oleh orang barat sebagai ciptaan Muhammad,
dapat dibuktikan secara matematis bahwa Al Qur’an tidak mungkin diciptakan oleh
Muhammad. Adalah seorang ahli biokimia berkebangsaan Amerika keturunan Mesir
dan seorang ilmuan muslim, Dr. Rashad Khalifa yang pertama kali menemukan
sistem matematika pada desain Al Qur’an. Dia memulai meneliti komposisi
matematik dari Al Quran pada 1968, dan memasukkan Al Qur’an ke dalam sistem
komputer pada 1969 dan 1970, yang diteruskan dengan menerjemahkan Al Qur’an ke
dalam bahasa Inggris pada awal 70-an. Dia tertantang untuk memperoleh jawaban
untuk menjelaskan tentang inisial pada beberapa surat dalam Al Qur’an (seperti
Alif Lam Mim) yang sering diberi penjelasan hanya dengan “hanya Allah yang
mengetahui maknanya”. Dengan tantangan ini, dia memulai riset secara mendalam
pada inisial-inisial tersebut setelah memasukkan teks Al Qur’an ke dalam sistem
komputer, dengan tujuan utama mencari pola matematis yang mungkin akan
menjelaskan pentingnya inisial-inisial tersebut. Setelah beberapa tahun
melakukan riset, Dr. Khalifa mempublikasikan temuan-temuan pertamanya dalam
sebuah buku berjudul “MIRACLE OF THE QURAN: Significance of the Mysterious
Aphabets” pada Oktober 1973 bertepatan dengan Ramadan 1393. Pada buku tersebut
hanya melaporkan bahwa inisial-inisial yang ada pada beberapa surat pada Al
Qur’an memiliki jumlah huruf terbanyak (proporsi tertinggi) pada masing-masing
suratnya, dibandingkan huruf-huruf lain. Misalnya, Surat “Qaaf” (S No. 50) yang
dimulai dengan inisial “Qaaf” mengandung huruf “Qaaf” dengan jumlah terbanyak.
Surat “Shaad” (QS No. 38) yang memiliki inisial “Shaad”, mengandung huruf
“Shaad” dengan proporsi terbesar. Fenomena ini benar untuk semua surat yang
berinisial, kecuali Surat Yaa Siin (No. 36), yang menunjukkan kebalikannya
yaitu huruf “Yaa” dan “Siin” memiliki proporsi terendah. Berdasarkan temuan
tersebut, pada awalnya dia hanya berfikir sampai sebatas temuan tersebut
mengenai inisial pada Al Qur’an, tanpa menghubungkan frekuensi munculnya
huruf-huruf yang ada pada inisial surat dengan sebuah bilangan pembagi secara
umum (common denominator). Akhirnya, pada Januari 1974 (bertepatan dengan
Zul-Hijjah 1393), dia menemukan bahwa bilangan 19 sebagai bilangan pembagi
secara umum[1] dalam insial-inisial tersebut dan seluruh penulisan dalam Al
Qur’an, sekaligus sebagai kode rahasia Al Qur’an. Temuan ini sungguh
menakjubkan karena seluruh teks dalam Al Qur’an tersusun secara matematis
dengan begitu canggihnya yang didasarkan pada bilangan 19 pada setiap elemen
sebagai bilangan pembagi secara umum. Sistem matematis tersebut memiliki
tingkat kompleksitas yang bervariasi dari yang sangat sederhana (bisa dihitung
secara manual) sampai dengan yang sangat kompleks yang harus memerlukan bantuan
program komputer untuk membuktikan apakah kelipatan 19. Jadi, sistem matematika
yang didasarkan bilangan 19 yang melekat pada Al Quran dapat diapresiasi bukan
hanya oleh orang yang memiliki kepandaian komputer dan matematika tingkat
tinggi, tetapi juga oleh orang yang hanya dapat melakukan penghitungan secara
sederhana.
Selain 19 sebagai kode rahasia Al
Qur’an itu sendiri, peristiwa ditemukannya bilangan 19 sebagai “miracle” dari
Al Qur’an juga dapat dihubungkan dengan bilangan 19 sebagai kehendak Allah.
Disebutkan di atas bahwa kode rahasia tersebut ditemukan pada tahun 1393
Hijriah. Al Qur’an diturunkan pertama kali pada 13 tahun sebelum Hijriah
(hijrah Nabi). Jadi keajaiban Al Qur’an ini ditemukan 1393+13=1406 tahun (dalam
hitungan hijriah) setelah Al Qur’an diturunkan, yang bertepatan dengan tahun
1974 M.
Surah 74 adalah Surah Al
Muddatsir yang berarti orang yang berkemul (Al Quran dan Terjemahnya, Depag)
dan juga dapat berarti rahasia yang tesembunyi, yang memang mengandung rahasia
Allah mengenai keajaiban Al Qur’an. Dalam Surah 74 ayat 30-36
dinyatakan:(74:30) Di atasnya adalah 19.
(74:31) Dan tiada Kami jadikan
penjaga neraka melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan
mereka itu (19) melainkan untuk: cobaan/ujian/tes bagi orang-orang kafir,
- meyakinkan orang-orang yang
diberi Al Kitab (Nasrani dan Yahudi),
- memperkuat (menambah)keyakinan
orang yang beriman,
- menghilangkan keragu-raguan
pada orang-orang yang diberi Al kitab dan juga orang-orang yang beriman, dan
- menunjukkan mereka yang ada
dalam hatinya menyimpan keragu-raguan; dan orang-orang kafir mengatakan:
“Apakah yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” Demikianlah Allah
membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu
melainkan Dia. Dan ini tiada lain hanyalah sebuah peringatan bagi manusia.
(74:32) Sungguh, demi bulan.
(74:33) Dan malam ketika berlalu.
(74:34) Dan pagi (subuh) ketika
mulai terang.
(74:35) Sesungguhnya ini
(bilangan ini) adalah salah satu dari keajaiban yang besar.
(74:36) Sebagai peringatan bagi
umat manusia.
Sebagian
besar ahli tafsir menafsirkan 19 sebagai jumlah malaikat. Menurut Dr. Rashad
Khalifa, menafsirkan bilangan 19 sebagai jumlah malaikat adalah tidak tepat
karena bagaimana mungkin jumlah malaikat dapat dijadikan untuk ujian/tes bagi
orang-orang kafir, untuk meyakinkan orang-orang nasrani dan yahudi, untuk
meningkatkan keimanan orang yang telah beriman dan juga untuk menghilangkan
keragu-raguan. Jadi, tepatnya bilangan 19 ini merupakan keajaiban yang besar
dari Al Qur’an sesuai ayat 35 di atas, menurut terjemahan Dr. Rashad Khalifa
(dan juga terjemahan beberapa penterjemah lain). Jadi pada ayat 35 kata
“innahaa” merujuk pada kata “’iddatun” pada ayat 31.
Mengapa 19?
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, perlu dijelaskan tentang sistem bilangan. Kita
pasti mengenal betul sistem bilangan Romawi yang masih sangat dikenal pada saat
ini, seperti I=1, V=5, X=10, L=50, C=100, D=500 dan M=1000. Seperti halnya pada
sistem bilangan Romawi, sistem bilangan juga dikenal pada huruf-huruf arab.
Bilangan yang ditandai pada setiap huruf dikenal sebagai “nilai numerik
(numerical value atau gematrical value)”. Click link ini untuk mengetahui lebih
jauh tentang nilai numerik.
Setelah mengetahui
nilai dari setiap huruf arab tersebut, kita dapat menjawab mengapa 19 dipakai
sebagai kode rahasia Allah dalam Al Qur’an, dan sekaligus dapat digunakan untuk
mengungkap keajaiban Al Qur’an. Berikut beberapa hal yang dapat digunakan untuk
menjelaskan mengapa 19.
* 19 merupakan nilai numerik dari
kata “Waahid” dalam bahasa arab yang artinya ‘esa/satu’ (lihat Tabel 2) Tabel
2. Nilai numerik dari kata “waahid”
* 19 merupakan bilangan positif
pertama dan terakhir (1 dan 9), yang dapat diartikan sebagai Yang Pertama dan
Yang Terakhir seperti yang dikatakan Allah, misalnya, pada QS 57 ayat 3 sebagai
berikut: “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS 57:3). Kata “waahid” dalam Qur’an
disebutkan sebanyak 25 kali, dimana 6 diantaranya tidak merujuk pada Allah
(seperti salah satu jenis makanan, pintu, dsb). Sisanya 19 kali merujuk pada
Allah. Total jumlah dari (nomor surat + jumlah ayat pada masing-masing surat) dimana
19 kata “waahid” yang merujuk pada Allah adalah 361 = 19 x 19. Jadi 19
melambangkan keesaan Allah (Tuhan Yang Esa).
* Pilar agama Islam yang pertama
juga dikodekan dengan 19
“La – Ilaha – Illa – Allah”
Nilai-nilai numerik dari setiap
huruf arab pada kalimah syahadat di atas adalah dapat ditulis sebagai berikut
“30 1 – 1 30 5 – 1 30 1 – 1 30 30
5”
Jika susunan angka tersebut
ditulis menjadi sebuah bilangan, diperoleh = 30113051301130305 = 19 x … atau
merupakan bilangan yang mempunyai kelipatan 19. Jadi jelaslah bahwa 19 merujuk
kepada keesaan Allah sebagai satu-satunya dzat yang wajib disembah.
Beberapa Contoh Bukti-bukti yang
Sangat Sederhana tentang Kode 19
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa desain Al Qur’an yang didasarkan bilangan 19 ini, dapat
dibuktikan dari penghitungan yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat
komplek. Berikut ini hanya sebagian kecil dari keajaiban Al Quran (sistim 19)
yang dapat ditulis dalam artikel singkat ini. Fakta-fakta yang sangat
sederhana:
(1) Kalimat Basmalah pada (QS
1:1) terdiri dari 19 huruf arab.
(2) QS 1:1 tersebut diturunkan
kepada Muhammad setelah Surat 74 ayat 30 yang artinya “Di atasnya adalah 19”.
(3) Al Qur’an terdiri dari 114
surah, 19×6.
(4) Ayat pertama turun (QS 96:1)
terdiri dari 19 huruf.
(5) Surah 96 (Al Alaq)
ditempatkan pada 19 terakhir dari 114 surah (dihitung mundur dari surah 114),
dan terdiri dari 19 ayat
(6) Surat terakhir yang turun kepada
Nabi Muhammad adalah Surah An-Nashr atau Surah 110 yang terdiri dari 3 ayat. Surah
terakhir yang turun terdiri dari 19 kata dan ayat pertama terdiri dari 19
huruf.
(7) Kalimat Basmalah berjumlah
114 (19×6). Meskipun pada Surah 9 (At Taubah) tidak ada Basmalah pada permulaan
surah sehingga jumlah Basmalah kalau dilihat pada awal surah kelihatan hanya
113, tetapi pada Surah 27 ayat 30 terdapat ekstra Basmalah (dan juga 27+30=57,
atau 19 x 3). Dengan demikian jumlah Basmalah tetap 114.
(8) Jika dihitung jumlah surah
dari surah At Taubah (QS 9) yang tidak memiliki Basmalah sampai dengan Surah
yang memuat 2 Basmalah yaitu S 27, ditemukan 19 surah. Dan total jumlah nomor
surah dari Surah 9 sampai Surah 27 diperoleh (9+10+11+…+26+27=342) atau 19×18.
Total jumlah ini (342) sama dengan jumlah kata antara dua kalimat basmalah
dalam Surat 27.
(9) Berkaitan dengan inisial
surah, misalnya ada dua Surah yang diawali dengan inisial “Qaaf” yaitu Surah 42
yang memiliki 53 ayat dan Surah 50 yang terdiri dari 45 ayat. Jumlah huruf
“Qaaf” pada masing-masing dua surat tersebut adalah 57 atau 19 x 3. Jika kita
tambahkan nomor surah dan jumlah ayatnya diperoleh masing-masing adalah
(42+53=95, atau 19 x 5) dan (50+45=95, atau 19 x 5). Selanjutnya initial
“Shaad” mengawali tiga surah yang berbeda yaitu Surah 7, 19, dan 38. Total
jumlah huruf “Shaad” di ketiga surah tersebut adalah 152, atau 19 x 8. Hal yang
sama berlaku untuk inisial yang lain.
(10) Frekuensi munculnya empat
kata pada kalimat Basmalah dalam Al Qur’an pada ayat-ayat yang bernomor
merupakan kelipatan 19 (lihat Tabel 3)
perhitungan sanins pun tercengang
melihat kebesaran alloh swt. yang ada di dalam al-quran.. bahwa al-quran adalah
sebaik-baiknya kitab suci yang di rancang berdasarkan perhitungan. yang tidak
mungkin bisa di lakukan oleh orang super pintar sekalipun. sungguh sains pun
berasal dari al-quran..
SEMOGA MENAMBAH KEIMANAN

Tidak ada komentar:
Posting Komentar